Sumber gambar : Furqoni Aziz II
Kau menyampaikan pesan pergi untuku setelah kejadian itu, aku tak spenuhnya sadar bahwa yang kulakukan dengan egoku telah membuatmu marah ,perasaan berlebihan yang membuatmu terluka, aku begitu tak sanggup menerima kenyataan yang harus aku jalani, mungkin aku hanya sedikit kaget harus melihat dirimu dari sisi lain.
Perasaan ini melebihi terangnya lampu dijalan ketika malam hari yang selalu mengingatkan seseorang untuk terus berharap diatas doa yang dipanjatkanya, namun aku mulai menyadari aku tak akan pernah bisa membuatmu merasakan perasaan ini lagi, tanpa cahaya yang nyata gelapnya malam membuatmu tak dapat melihat perasaanku.
Kata kata manis yang sempat kamu katakan melalu hatimu yang yakin pada saat itu adalah setitik cahaya yang membuat harapan ini kembali memekar, tapi aku pun tau itu dulu dan sekarang situasinya berbeda sesuatu yang sulit menjadi nyata.. masa depan yang tak pernah aku tau apa kelak aku dan kamu saling mencintai dalam satu ikatan suci yang saling menyayangi, saling melengkapi untuk membangun kehidupan yang indah semua itu membuatku terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Logika berteriak keras melayangkan pernyataan semua ini tidak akan pernah terjadi layaknya mencoba menggenggam angin bahkan untuk seutaspun tidak akan sanggup.. seribukali kau mencobanya pun hasilnya tetap pada raport gagal, kita telah mengikat perjanjian untuk melupakan masa lalu dan menatap masa depan, kamu telah berhasil melewatinya tapi sampai sekarang perasaanku masih terus ada dan masih seperti yang dulu tidak pernah ada yang berubah.
Dan akhirnya Kusadari aku hanya membuang waktu untuk sesuatu yang memang tidak akan pernah bisa berubah, saat saat indah yang pernah kita lewati bersama rasakan saat itu senyum manis yang selalu jadi alasan untuk ceria menatap hari.. andai aku bisa mengulang hari hari itu lagi aku akan memanfaatkanya sebaik baiknya yang aku bisa untuk menyayangimu sepenuh hati, untuk menjaga perasaanmu, untuk tidak membuatmu terluka sebuah pelajaran yang menyakinkan batinku dalam gumpalan dosa, tentu andai aku bisa aku akan mengulangnya sebanyak yang ku butuhkan untuk memperbaikinya, tentu aku tidak akan pernah lupa bagaimana saat itu, perasaanku melebihi waktu yang tak ada batasnya kini aku begitu rapuh dan tak berharap banyak.
Aku hanya ingin melihatmu tersenyum sekarang.
0 Komentar